Istilah generasi pengantar saya temui dalam diskusi ringan mengenai kejayaan nusantara. Pada diskusi itu disebutkan bahwa para leluhur kita sesungguhnya memiliki kecerdasan luar biasa dalam berbagai ilmu Dengan ilmu pengetahuan mereka mampu menguasai lautan. Ilmu astronomi diterapkan berbagai bidang seperti dalam sistem pertanian, hingga tata letak wilayah. Penguasaan ilmu pengetahuan tersebut menjadikan kita bangsa yang maju dan disegani.
Lalu,
jika leluhur kita sedemikian hebatnya mengapa generasi sekarang tidak ada yang
mewarisi bakat kehebatan itu? Bahkan menjadi bangsa yang kurang percaya diri. Ada
sesuatu yang salah. Ada gap. Apakah generasi penerusnya menjadi generasi yang malas
karena tinggal di negeri yang memiliki kekayaan luar biasa? Atau metode yang
digunakan para leluhur untuk transfer pengetahuan tidak tepat.
Selepas
lulus SMK saya terlibat kegiatan kebudayaan. Seperti biasa, kegiatan itu bukan
hal yang disengaja. Sebagai yunior kala itu, acap kali saya mendapat teguran
dari senior. Dianggap bahwa anak-anak sekarang tidak sehebat mereka dulu waktu masih muda. Awalnya saya memaklumi, perbedaan jaman memang
melahirkan hal-hal luar biasa. Lama-lama saya tidak terima dong, dengan
komentar bahwa anak-anak sekarang tidak lebih tangguh dari anak-anak jaman dulu. Menurut
saya, kadar ketangguhan, kadar kehebatan generasi penerus tentu ada campur tangan pendahulunya.
Bukan 100% salah para penerus.
Dua
dekade berlalu, sekarang saya menjadi budak
baheula kolot ayeuna (dulu anak-anak, sekarang tua: terjemahan bebas). Ada
ketakutan dalam diri saya bagaimana menyiapkan mereka menghadapi era yang
benar-benar berbeda dari pendahulunya. Agar tidak terjadi lagi ungkapan anak sekarang tidak setangguh dari anak dulu.
Kecanggihan teknologi telah memfasilitasi dan memberi kemudahan. Apalagi pada masa pandemi. Namun dibalik semua kemudahan itu ada sebuah ancaman. Banyak keterampilan dan kegiatan yang biasa dilakukan oleh manusia digantikan oleh mesin (robot). Kemudahan itu telah menurunkan kualitas sebagian besar manusia.
Penggunaan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari telah menggerus tenaga manusia itu sendiri. Manusia produktif digantikan oleh mesin. Lebih dari 90%
perbankkan telah digital. Orang-orang yang ada dibaliknya mundur perlahan. Pasukan
front office, kemudahan costumer service yang dapat diakses 24
jam. Pembukaan tabungan pun bisa lewat telepon selular.
Sistem penggudangan yang biasanya ditangani oleh beberapa orang dari mulai barang datang hingga menjadi produk jadi. Sekarang sudah digantikan oleh sistem. Pengiriman Faktur-faktur sudah menggunakan QR code. Aplikasi berbasis AI (artificial intelegensi) dirasakan lebih efisien, murah dan lebih mudah penelusurannya telah menggantikan tenaga-tenaga manusia produktif.
Pembatasan sosial yang diterapkan selama pandemi untuk mencegah
penyebaran covid-19, membuat hampir seluruh kegiatan dilakukan dari rumah.
Bekerja, belajar, belanja.
Semula kegiatan di rumah saja selama pandemi akan menyenangkan, lama-lama malah membuat terasing satu sama lain. Terasa ada sekat. Dan yang paling krusial dari efek di rumah saja adalah seluruh anggota menjadi tergantung pada gawai. Termasuk anak-anak.
Memberikan gawai kepada mereka adalah cara cepat untuk menyelesaikan permasalahan. Semacam win-win solution. Semua senang. Melalui gawai kita mendapat hampir sebagaian besar yang kita butuhkan. Terkoneksi dengan banyak orang, mendapatkan informasi, hiburan, sebagai media belajar juga.
Tentu ada sisi negatif dan positif dari penggunaan gawai. Baik secara fisik maupun psikis. Gawai sangat membantu, tetapi bisa juga mencelakai. Jika tidak diberikan pengertian yang bijak malah jadi masalah bagi anak kita di kemudian hari. Untuk itu harus diberikan batasan yang jelas. Termasuk batasan pada orangtua, sebagai role model pada anak-anak.
Dengan permasalahan teknologi yang seyogyanya membantu kehidupan manusia tetapi ada ruang-ruang yang membuat rasa khawatir bagi orang tua. Teknologi akan mempersempit ruang kerja dalam mencari nafkah. Teknologi membuat dampak psikologis yang nantinya dikhawatirkan anak-anak tidak sanggup menghadapi tantangan kehidupan yang dihadapi. Tentunya itu PR besar bagi kita semua sebagai orang tua.
Pada webinar parenting yang diadakan oleh Faber-Castell yang bertemakan "Soft Skill Apa yang Dibutuhkan di Era Digital” pada Sabtu, 25 September 2021, yang digelar oleh Faber Castell. Yohana Theresia, M.Psi., Psikolog dari Yayasan Heart of People.id menyarankan kepada orang tua untuk cerdas memiliki bentuk permainan yang cocok bagi anak yang dibagi berdasarkan umur dan kebutuhannya. Permainan yang tepat juga sangat berguna untuk mendorong kreativitas bagi anak, dimana kreativitas sangatlah berguna bagi salah satu modal kesuksesan seseorang di masa depan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi atau mengembangkan suatu karya asli, ide, teknik, atau pemikiran. Mendorong anak-anak menjadi kreatif. Adalah soft skill yang harus kita siapkan agar anak-anak menjadi manusia tangguh yang mampu menghadapi berbagai persoalan. Seorang kreatif memiliki ciri-ciri:
- Memaknai masalah dengan cara yang unik
- Berani mengambil risiko
- Menyajikan ide dengan berbeda
- Tahan banting dalam menghadapi berbagai masalah.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orangtua mengantarkan anak-anak kita sebagai generasi penerus. Menyiapkan dan membantu mengembangkan soft skill mereka untuk mengarungi kehidupan kelak. Semoga dengan ikhtiar ini, kekhawatiran dengan masa depan anak-anak tidak menjadi momok yang menakutkan.
Gambar pertama adalah Glow In The Dark Clock produk
dari Faber-Castell Creative Art Series 2. Tak sekadar bermain, produk Faber-Castell Creative Art Series 2
sangat memperhatikan kebutuhan anak khususnya di usia Sekolah Dasar dan PAUD. Membuat
jam dinding di mana anak
dapat
mewarnai, membuat prakarya/craft, yang memadukan unsur pengembangan atas
motorik kasar, sensorik, pengenalan warna, dan melatih
konsentrasi.
Kita juga dapat mengikuti workshop yang diberikan
secara cuma-cuma dengan memindai QR code atau mengetikkan alamat link yang kita
dapat dalam satu paket produk Glow In The
Dark Clock.
Untuk mendapatkan Glow In The Dark Clock bisa klik link dibawah ini:
1.https://www.faber-castell.co.id/creative-art-series
2. Shopee
3. Tokopedia
.
Wah mantep soft skill ini apalagi ditunjang faber castell pasti bisa dimanfaatkan di era digital ini untuk mengasah kekreatifan.
BalasHapusSangat menbantu untuk menumbuhkan kreativitas bagi anak
HapusMantep ini faber castell untuk menumbuhkan ketrampilan anak-anak apalagi mudah digunakan dan hasilnya bagus.
BalasHapusSangat mantap. Faber Castell dari jaman buat ujian sampe buat nemeni anak biar kreatif di tengah pandemi
HapusAgree, ga adil kalo dibilang generasi skr ga setangguh generasi dulu, yg masih bisa hidup dan survive walo tanpa gadget . Kalo generasi masa kini ga setangguh yg lalu, bisa jadi Krn kesalahan generasi sebelumnya yang tidak mengajarkan hal itu. Jadi memang udh tugas kita juga mempersiapkan anak2 skr, supaya bisa sama tangguhnya , atau lebih kuat lagi dalam menghadapi tantangan zaman 😊
BalasHapusFaber Castell ini merk stationery favoritkuuuuu. Sukaaa banget Ama semua alat gambarnya. Krn warna yg kluar baguus dan terang. JD kalo anak2 minta beli alat gambar baru, pasti yg aku pilih faber castell.
Ternyata ada set produk yg mengasah kreatifitas anak gini yaaa. Jadi pengen beli aku mba, buat anakku :)
Generasi sekarang malah tantangannya lebih banyak yaa..
HapusDan kita harus mempersiapkan.
Faber castell daebak. Dulu suka karena warna2nya. Sekarang makin suka karena bikin kita kreatif