Konten [Tampil]
![]() |
Sumber foto dari sini |
Selama ini anjuran bobo tertib memang lebih
banyak diperuntukan bagi balita dan anak-anak sekolah.
"Ayo cepat bobo Dek, bobonya di kamar.
Nanti digigit nyamuk kalau di luar."
"Boboooo, besok kesiangan!"
"Ayooo... semua bobo, Ibu sama Bapak mau
ada kegiatan," (Nah, kalau ngomongnya yang begini ini, gak herankan kalau
anak-anak Indonesia memilih turun ke jalan buat tawuran.)
Meski tak sepopuler "Buanglah Sampah pada
tempatnya", bukan berarti anjuran ini tidak penting. Baiknya juga untuk
tetap saling mengingatkan pada pasangan untuk bobo tertib agar tidak terjadi
hal-hal yang bisa membuat runyam keamanan negara. Gara-gara warganya sibuk
menggalau disebabkan bobo sembarangan.
![]() |
Senewen kann kalau lihat foto yang tidur begini Sumber foto dari didieu wae! |
Pengalaman berikut ini adalah salah satu kisah
pahit yang menimpa teman kami karena bobo sembarangan.
Terdesak akan kebutuhan untuk menyelesaikan
tugas kuliah, teman kami ini sudah terbiasa menggelandang untuk tidur disatu
kost ke kost-an yang lain demi wifi. Maklum kamar kost yang dia tinggali
sekarang sangat minimalis,berikut juga fasilitasnya. Teman kami bernama
Sugalli, seorang mahasiswa teknik tingkat akhir. Selain sebagai mahasiswa
dia juga berprofesi sebagai laki-laki panggilan. Jadi tidak heran dia begitu
terkenal di lingkungan kami.
FYI, laki-laki panggilan adalah laki-laki yang
sering kami panggil untuk dimintai tolong jika ada gadget, PC, Netbook, DVD Player, televisi, alat-alat rumah tangga bermasalah.
Nah, kalau rumah tangga yang bermasalah saya tidak yakin Sugalli bisa
mengatasinya.
Gara-gara kebiasaan menginap di mana saja demi
wifi itu, membuat Sugalli harus berurusan dengan polisi. Mendengar Sugalli
digelandang ke kantor polisi tentu saja membuat semua warga cemas. Sugalli memang suka tidur sembarangan tapi dia bukan teroris yang keberadaannya membuat resah.
Di malam yang nahas, tiba-tiba saja segerombolan
orang menggeruduk kamar kost di mana Sugalli menginap. Sialnya lagi, penyewa
kost sebenarnya sedang tidak di tempat. Tuduhannya cukup berat. Sugalli
dianggap telah lari dari tanggung jawab. Sugalli memang sering lari dari
kenyataan (mengaku ganteng padahal kenyataan berkata lain), tapi lari dari
tanggung jawab, rasanya tidak mungkin.
Gerombolan itu diutus oleh keluarga yang tengah
kebingungan karena anak perempuannya hendak melahirkan. Tapi bapak dari anak
yang dikandungnya tidak tahu kemana. Info yang terakhir menyebutkan, bapak
calon bayi yang mau lahir kost di tempat Sugalli menginap.
Setengah panik, Sugalli menenangkan massa yang
sudah tidak sabar ingin menimpuknya dengan benda-benda berat. Berusaha
menerangkan bahwa dia hanya menumpang, pemilik kost yang asli sedang tidak di
tempat. Gerombolan itu tentu saja tidak mau percaya begitu saja. Sebagai
pembuktian, Sugalli harus ikut ke kantor polisi.
mendengar desas-desus yang langsung tersiar
dengan cepat meski waktu hampir tengah malam. Sampai pula ke pacar teman
Sugalli. Kostnya masih satu wilayah. Membuat suasana makin runyam, Sugalli harus menenangkan
massa juga harus menenangkan pacar temannya.
"Jadi begitulah Teteh Bi, mengapa saya
sampai berada di kantor polisi." ujarnya dengan muka lemas.
"Right man in the wrong place," saya mengutip dari film yang judulnya
lupa lagi. Hehehehe...
"Kind so..."
"Terus kelanjutannya bagaimana? Bapaknya
ditemukan?"
Nah, sebetulnya ini yang janggal. Saya juga heran
dengan peristiwa ini, apakah para perempuan sudah hilang sense of (apalah)...? hingga bisa terjadi demikian. Sampai
tidak tahu bapak bayi-nya dimana? Mikirnya dulu bagaimana, bisa jadi dia korban gara-gara sering bobo sembarangan.
*Eh, itukan gak perlu pakai pikiran Ceuuu, tapi pakai peranakan, eh perasaan.
*Ah, diam kamuh! suka recok ajah.
Dengan berat, keluarga Si perempuan yang sedang
hamil menerima kenyataan jika Sugalli bukan pelakunya. Tersangka berikutnya
menjurus ke teman Sugalli. Nah, berhubung pacarnya ikut serta dan sudah mulai
tantrum, keadaan kantor polisi makin ramai.
Saat itu juga Sugalli menelpon temannya dan
menceritakan duduk permasalahannya. Terang saja,teman Sugalli ikut panik.
Percuma membantah ditelpon, mereka semua butuh penampakan .
Pacarnya terdengar teriak-teriak, "biadab!"
"Masalahnya Teh Bi, keluarga perempuan
tidak mau percaya kalau saya sekedar menunjukan foto teman saya itu. Kata
mereka bisa saja akal-akalan saya. Jadi, saat itu juga saya minta dia balik ke
Bandung, suruh langsung menemui kita di kantor polisi."
"Serem amat sih, Galli."
"Ya, begimana lagi Teh Bi, orang-orang
sudah nyolot gitu. Eh, gimana gak nyolot, bayinya saja mau lahir."
Waddduuuh, makin ngeri saya. Ngeri dengan
keadaan di luar sana. Kiamat sudah dekat. Tanda-tanda akhir zaman. Ah, saya
harus berhenti baca artikel di Facebook nih.
"Jadi siapa bapaknya?"
Koq, mendadak seperti nonton film Alfred
Hitchcock begini.
"Teman saya datang, langsung ditimpuk
pacarnya. Sampai harus dipisah pake police line,
biar interogasinya aman."
Ah, sudah meujeuh... pikir saya.
"Jadi Teh Bi, bapak calon bayi dari
calon bayi itu pernah kost di tempat yang sekarang ditinggali teman saya.
Menurut ibu kost, pelaku sudah check out lebih dari satu bulan. Dan pindah entah
kemana."
Yaaaa.... saya langsung kecewa, jadi bapaknya
gak ketemu.
"Akhirnya semua ramai-ramai ke rumah
bersalin, perempuan itu melahirkan bayi laki-laki. Lucu Teh Bi, nih
fotonya.." Sugalli menyodorkan HP nukieu versi sangat
jadul.
"Iiiih lucu banget," saya gemas lihat foto bayi yang baru brojol. Meski terlalu dini untuk diidentifikasi, tapi senang juga menggoda Sugalli yang masih sedikit trauma dengan kejadian salah sangka itu, "mirip kamu..." kata saya.
Muka Sugalli langsung manyun.
Ini ceritanya lucu sekaligus miris
BalasHapusaneh tapi ada ituuu teh ;)
BalasHapus