Konten [Tampil]
Pernah sekali nama itu saya hapus dari daftar kontak.
Sudah saya bakar juga kartu nama yang beliau berikan pada saat berkenalan. Sampai
tidak ada jejak sama sekali. Itu opearsi standar toh, semacam ritual buang sial. Maka ketika beliau mengontak saya kembali, saya tidak langsung
menyahutnya dengan alasan sebagai berikut ini :
1.. Saya pikir itu tawaran asuransi. Penawaran asuransi sedang
marak betul. Mungkin salah satu sebab dari peralihan semua harus pakai BPJS.
Mungkin juga karena dicanangkan tahun asuransi nasional. Entah, wallahu alam bisawab.
2. Penawaran kredit tanpa Agunan (mungkin jika kredit
tanpa cicilan saya masih bisa pertimbangkan)
3.Telpon penipuan. Diaku sebagai pemenang dari undian
Bank, pengisian Pulsa dan sebagainya.
Ketika tahu si
beliau yang menelpon, rasanya kaget luar biasa. Lebih kesal dari tiga sebab
diatas kalau tahu sudah saya reject
duluan. Tapi Setelah serangan bujuk rayu dan tipu daya, alih-alih saya
memblokir nomor tadi, malah kepikiran memberikan credit tittle yang signifikan.
A common name. Nama beliau itu kalau bisa dibilang pasaran sangat
pasaran. Saya yakin Orang Sunda yang posisinya di ujung dunia ada yang pakai nama
ini. Kalau saya cantumkan namanya, ah, di daftar kontak bisa jadi diurutan
kesekian. Bahkan anak tuan tanah di kampung Bapak yang sedang gencar-gencarnya
PDKT sama bapak agar mau menerimanya sebagai menantu, pakai nama ini pula.
Alasan lain tidak mencantumkan namanya, karena namanya
itu mirip dengan teman semasa masih pakai putih-abu. Anaknya bengal luar
biasa. Saya pribadi kurang suka sama dia. Dia ngakunya dulu bersekolah di
pesantren. Herannya begitu pindah ke Bandung, bengalnya tidak bisa dikalahkan.
Pernah saya menegur ketika dia merokok di dalam
angkot. Mungkin saat itu dia pikir saya tidak berani melakukannya tapi ketika
saya menegurnya dengan pelan akhirnya dia mau mematikan rokoknya. Lalu saya
katakan terima kasih karena telah mau mematikan rokok. Dia terdiam. Tiba-tiba
saja kejadian itu serasa menjadi aib bagi kami berdua. Dengan kesepakatan yang
tanpa harus diskusikan, saya tidak pernah menyinggung hal ini di sekolah. Saya
tahu, kharisma Premannya akan luntur jika ketahuan dia bisa nurut sama
perempuan. Makanya saya anggap hal itu bukan kejadian luar biasa.
Pada masa putih-abu itu saya dan si bengal memang
sering adu mulut. Kami berkonflik hampir tiap hari. Anehnya, setelah sekian
tahun berpisah. Terpisahkan ribuan mil pula, lalu kami dipertemukan kembali
gara-gara buah karya Mark Zuckenberg. Kami
menjadi lebih akrab. Saya sering menyindirnya lalu dia membalas, “Bi pikir saya
pasti jadi preman ya…?”
Saya katakan saja, “Iya! Kamu punya potensi ke arah
sana. Potensi yang membuat orang tua kamu jadi gila.”
Dia tertawa. Kelakuannya memang membuat orang tua jadi
merasa bersalah karena telah mengirimnya ke Bandung untuk sekolah. Tapi, dunia berputar, ada kalanya prediksi menjadi semacam warning. Sekarang dia sudah tidak merokok apalagi narkoba dan miras lagi. .
Lalu saya bilang, “Nah, mungkin karena itu kita bisa
akur. Otak kamu tidak dalam pengaruh kekuatan jahat.”
Dia tertawa lagi. Setelah itu kekuatan internet menjadikan
kami lebih sering tertawa untuk mengenang masa bengal dia.
Setelah
ditimang-timang akhirnya saya memberikan credit
title Pak Juragan. Bukan buat si Bengal atuh,
buat beliau yang mengontak saya kembali. Alasannya saya pakai nama itu, saya
teringat keinginan beliau untuk mempunyai kerajaan bisnis sendiri. Mengingat
beban yang disandang dipundaknya pula yang membuat dia berusaha keras
mewujudkan cita-cita yang mulia.
![]() |
credit tittle si beliau alias Pak Juragan |
Tapi eits, eits… cita-cita itu bukan termasuk
memberikan santunan yang berharap balasan untuk para pacar-pacar terlantar dan janda-janda
teraniaya yah!!! Justru dengan credit
title “Juragan” saya berharap dia bersikap sebagai Juragan yang
sebenar-benarnya. Seorang Gentleman. Jika semua laki—laki adalah
juragan tidak akan ada perempuan yang harus menjadi pacar-pacar terlantar atau
janda teraniaya. Come Man, just
grow Up! saya yakin dan seyakin-yakinnya, jika ada Juragan yang berlaku menyimpang, kerajaan bisnisnya akan luluh-lantak seketika. So, kalau ada yang sering gagal mungkin harus ingat kelakuan.
Biarlah
credit title ini menjadi semacam do’a
dari saya agar semua keinginan dan harapan Pak Juragan terwujud. Saya tidak
tahu do’a saya untuk beliau itu valid atau tidak di mata Tuhan. Karena saya bukan
apa-apa bagi beliau. Meski begitu saya tidak pernah mempersoalkannya. Karena Tuhan
pula yang telah memperkenankan saya bertemu dengan Pak Juragan. Tak perlu protes
pada Tuhan jika akibat pertemuan itu malah menyakitkan. Tidak ada satu kejadian
yang tanpa tujuan. Pertemuan saya dengan Pak Juragan tentu ada maksudnya. Meski
itu sebuah pembelajaran yang pahit. Agar saya belajar untuk waspada, atau
semacam penggugur dosa atas apa yang telah saya lakukan.
Dan saya sedikit teringat kata-kata Pak Juragan sebelumnya, “jika ada
jodoh bla bla bla bla….” begitu kata beliau. Ternyata setelah saya deleted, hapus sampai ke akarnya eh, nongol lagi. Iya, itu juga pasti karena sinyalnya sedang
kuat, Hahahahaha… uppps
bukan lah! Itu semata-mata kehendak
Tuhan.
Kali ini tidak akan saya hapus. Tenang Pak Juragan, anda tentu tahu saya tidak se-galak itu. Saya perempuan baik-baik dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik. Sudah hukum alam, Bapak Mario Teguh juga berkata demikian.
Komentar
Posting Komentar
Because today is a present