Tahun 2019, saya
memutuskan untuk berkebun dengan serius.
Perlu saya garis bawahi kata serius ini. Serius. Gak main-main. Saya ingin membuat satu sistem berkebun yang
berkesinambungan. Selaras dengan alam serta mendukung misi pemerintah.
Menciptakan ketahanan pangan. Membentuk masyarakat yang berdaya guna tingkat
dewa. Halaaaaah, panjang amat dan
agak-agak halu. Any way sebab mengapa
saya berkebun bisa melipir ke sini.
Setidaknya ada dua
tantangan yang harus dihadapi ketika memulai berkebun di perkotaan. Tantangan
yang bersifat minor dan mayor. Apa saja tantangannya itu? Hayuuuk kita preteli.
Keterbatasan lahan saya kategorikan sebagai
tantangan bersifat minor. Kesulitan lahan adalah hal lumrah. Pepohonan bersaing
ketat dengan bangunan. Tapi hal ini tidak perlu menjadi masalah besar. That’s why saya masukan tantangan minor.
Banyak cara untuk bercocok tanam. Misalnya dengan memanfaatkan kemasan bekas.
Seperti kantong bekas minyak goreng, ember bekas cat. Saya kemarin menanam
bayam menggunakan rak penyimpanan yang sudah rusak.
![]() |
Bayam Merah |
Tanahnya dari mana?
That’s
good question. Jika ada yang
berkenan, penduduk kota yang baik hatinya. Biasanya mereka tidak keberatan
untuk dimintai se-ember dua ember mah. Asal jangan salah pakai satuan.
Pakai satuan meter apalagi hektar. Nah, hal-hal begini yang dapat menimbulkan
konflik dan berujung saling meng-embargo. Kalau memang segan minta, karena
tetangga adalah horang kaya. Dan kita gak dikenali juga walau tinggal
disebelah. Mending beli saja ke tukang tanaman hias. Biasanya mereka
menyediakan. Kalau di Bandung paling banyak dijual tanah Lembang. Itu pooool
bagusnya.
Sebelum ditanami, tanah sebagai media tanam
dipersiapkan dulu. Biasanya saya mencampur dengan kompos. Komposnya sampah
organik sisa makanan. 70% sampah adalah sampah organik. Lumayan kan daripada
jadi sampah lebih baik jadi media tanam. Jadi mulai kendalikan sampah. Sampah
organik jadikan kompos.
![]() |
Bayam Batik di Pipa Paralon Bekas |
Alternatif lain adalah bercocok tanam dengan
sistem hidroponik. Bertani dengan cara ini sedang menjadi favorit nih. Karena tidak
harus belepotan dengan tanah. Komunitasnya juga banyak. Selain berkebun, kita
berjejaring. Saling follow IG. Asyiiiiik. Tinggal ceki-ceki sama Mang Gugel
saja.
Tantangan berikutnya
adalah tantangan yang bersifat mayor. Diantaranya menghadapi serangan hama,
tikus dan binatang piaraan. Perlu banyak-banyak sabar. Persiapan lahir dan
bathin paripurna. Masalahnya mereka akan menyerang setiap saat. Ngadodoho (-mengintai) di saat kita
lengah. Pagi hari kita puji-puji, esok tanaman terkulai tak berdaya.
Untuk pengendalian hama
saya dapat rujukan untuk menggunakan bumbu dapur. Seperti lengkuas, bawang
putih, merica atau kunyit. Membuatnya mirip dengan membuat infuse water. Bahan
tadi direndam. Sebelum direndam ditumbuk dulu, kecuali merica. Lalu disaring, agar tidak merusak botol semprotnya. Penyemprotan dilakukan sore hari karena biasanya,
mereka beraksi pada malam hari.
Cara mudah mengusir tikus, saya menggunakan buah cangkudu (-mengkudu). Bau mengkudu yang khas ditakuti oleh tikus (dan saya juga sih). Saya gak membuat jebakan atau menyebarkan racun tikus. Jebakan tikus sebetulnya membuat saya jerit-jerit. Lihat penampakan tikus kota yang besarnya bersaing dengan kucing angora. Nah, kalau pun diracun. Biasanya jenazah tikus akan berada di titik point yang tidak disangka-sangka. Sulit dijangkau, nanti baunya malah mengganggu. Amannya area tanam bersih dan usir dengan bau mengkudu.
Binatang piaraan
apapun jenisnya. Berhubung di kota itu, lahan hijau terbuka sangat jarang.
Ketika ada sedikit tanaman, itu spot langsung dipakai buat ngaso. Kebanyakannya mah kucing. Lihat tanah sedikit,
langsung ngincer dipakai buat pup.
Kalau tidak dia akan bergumul diatas tanaman yang dia pikir rumput. Nah, soal
binatang piaraan ini kalau tidak kuat-kuat iman bisa menimbulkan konflik.
Misalnya. Ini hanya misalnya lho yah….
Ada tetangga yang
miara kucing, tapi tidak tertib pup dan kucing piaraannya suka kelayapan.
Karena space di rumah tuannya kurang
luas mungkin. Akhirnya dia menjajah ke rumah sebelah. Which area berkebun kita. Kita usir kasar akan menimbulkan
perpecahan. Kalau didiamkan akan keenakan.
T1: Ngapain sih, pakai usir-usir segala. Harga kucing ini lebih mahal dari kangkung situ!
Bi: blebep blelep blepep
Itu baru dihadapkan pada binatang piaraan. Well, dari pada diusir. Dan membuat murka pemiliknya. Lebih baik digendong dan berikan langsung. Hindari perpecahan. Sabaaaaaaaaaaaaarrrr
X1: Bi, ngapain sih, kamu berkebun? Repot-repot amat. Kangkung tinggal beli. Tiga rebu juga sudah dapet.
Bi: Eh,iya siiih. Tiga rebu gak perlu nunggu
tiga puluh hari lagi yaaaa…
Saya langsung lemparin benih-benih kangkung.
Hihihihihi…. Selain
gangguan binatang piaraan yang membutuhkan skill public relation yang baik. Pertanyaan-pertanyaan bernada satir akan
membutuhkan kecerdasaan emotional tingkat tinggi. Dan ilmu pengendali perasaan
level atas. Salah-salah seperti saya. Benih kangkung saya lempar-lempar ke
tanah. Malamnya kena hujan, dua hari kemudian sprout. Nah, melihat kangkung berkecambah dan tumbuh mengingatkan
saya untuk tidak boleh menyerah begitu saja.
Setelah beberapa bulan menjadi petani, justru saya merasa ilmu kimia yang saya pelajari selama 4 tahun sangat terpakai. Saya belajar tentang nutrisi yang pas, menyemai, membaca alam sekitar dan banyak lagi. Intinya belajar sabar juga. Hahahaha.
Jadi ketika ada yang
julid, karena kita berkebun. Kita bisa mengacuhkan atau memberikan
jawaban yang sangat ilmiah.
Y1: Bi, buat apa sih berkebun?Bi: Sebagai persiapan jika Decepticon berhasil menguasai bumi. Dan Autobot sudah gak berdaya melawannya. Badai elektromagnetik dari matahari menyerang. Listrik mati, internet mati. Setidaknya kami masih bisa survive. Makan oseng kangkung.Y1, X1, T1: ##@@@*@ZZZZ@@@*&&***!!!
Udah nyoba pake hydroponic teh? Biar bisa digantung kaya status si dia ehh
BalasHapuseuuugh ieu mah
HapusPengen nyoba berkebun juga ih. Terakhir pernah nanam pohon cabe, eh mati. Haha gak bakat akutuuu
BalasHapusAda saatnya geura,... hahaha
HapusSekarang saya suka berkebun dengan memanfaatkan plastik sehnigga dapat mengurangi pemakaian plasti untuk jadi media tanam.
BalasHapussalam,
kidalnarsis.com
Saluut... keren pastinya
HapusBagooooos. Aku suka alasanmu berkebun. Mari kita siap-siap sebelum alien menyerang! :D
BalasHapusAlasan utama berkebun adalah itu. Takut Megatron keburu turun dari bulan
Hapuskalau aku pake wadah-wadah plastik bekas sebagai media tanam, lumayan sekalian ngurangin sampah
BalasHapusKemasan bekas minyak goreng. Lumayan bagus untuk menyemai
HapusJadi pengen belajar berkebun sama teh yeni. Kalo panen kangkung boleh dong saya diundang hehe
BalasHapusHayuuu teh.... Hasil kangkung batch 1, 2 dan 3 sudah habis. Kita nantikan kangkung batch berikutnya. heu heu heu
HapusAku pengen belahar hidroponik tapi masih ngumpulin niat,, haa
BalasHapushihihihi...
Hapuslahan sempit harus dimanfaatkan maksimal ya mbak
BalasHapusEnak yang tinggal di Desa za.... Kalaau berkebun bebas. Walaupun persoalan hama dan pengganggu sama namun setidaknya lahannya cukup luas
BalasHapusNgakak bagian jenazah tikus teh :D aku baru tahu ternyata pake menkudu yah, di halaman belakang rumah juga lumayan ada space kosong buat menanam sayangnya aku masih sibuk sama bocil-bocil yang tangannya masyaAlloh kreatif semuahhhh ga kebayang tanaman belakang rumah bisa jadi obyek kreatif mereka tau-tau pas pulang kantor yang tertinggal cuman batang :D
BalasHapustapi emang aku punya niatan berkebun, bodo nanan sama yg nyinyir eh mending beli aja 3rebu seikat wkwk sok kesel mun ada yg gitu teh :D
Gardening is awesome ya Teh saya juga berkebun sederhana di atap rumah hehe
BalasHapusRajin banget ya mba. apalagi niat berkebun tapi malah ada aja yang protes ya. marah salah, diem salah. kalau hidup bertetangga ya begitu ya. tapi lanjutin aja hobby ya biar bumi kita banyak oksigen bukan bau pup kucing hehe
BalasHapuswah bagus ya, bisa juga pakai sisitim vertikal shg gak makan tempat
BalasHapusSaya juga merasakan manfaat dari ibu mertua yang suka berkebun. Seledri, bawang daun, cengek, daun jeruk tinggal petik semua. Ga usah beli. Lebih hemat. Pernah ibu mertua nitip tolong siramin tanamanny dan saya lupa. Hheu
BalasHapusAku tanahh beli kalau mau berkebun hihi nasiiib
BalasHapusBerkebun memang banyak tantangannya yah Teh, taman aku di depan rumah kecil banget sih. Cuma sanggup tanam pohon mangga aja sama bunga2 dikit. Itu pun pohon mangganya jarang banget berbuah, sepertinya kurang asupan kasih sayang dariku hehe
BalasHapusInget berkebun inget Evi jadinya. Dia pengin banget serius berkebun sementara saya ogah-ogahan. Nggak boleh gitu ya, Teh. Mesti mau berkebun apalagi di kota butuh banget oksigen.
BalasHapusBaca ini kujadi ingat tanaman-tanamanku yang waktunya ganti pot. Hihihi. Nagih sih berkebun, tuh. Aku juga suka.
BalasHapusJangankan di kota, Teh. Di desa jg (yg udh cenderung ngota) skrg mah udah byk tantangannya jg berkebun tuh.
BalasHapusBtw lucu sih endingnya, jadi inget wkt di YPBB mengandalkan oseng kangkung dari kebun kantor, cara hemat survive tuh