Seakan sudah
menjadi suratan pada perjalanan saat itu, tetesan hujan memaksa kami untuk
berteduh di warung mie. Tadinya saya mau bilang kejadian berteduh di warung mie
adalah kebetulan belaka, tetapi hei! Hei! Hei! Everything happen for a
reason.
Warung itu tidak
seperti warung makan biasanya. Tapi hanya beranda sebuah rumah bergaya jadul. Pada teras digelar tungku untuk memasak
mie, lengkap dengan etalase memajang bahan baku. Halaman rumah itu cukup
luas. Ditanami banyak tanaman. Hujan
memandikan mereka. Tanaman-tanaman itu. Daunnya terlihat segar memanjakan mata. Di depan rumah terdapat pohon
jambu batu yang sedang berbuat lebat. Buah jambu yang sudah sangat matang berserakan di tanah. Ada pula yang jatuh berguguran karena hujan.
Buah yang pecah mengeluarkan harum yang khas. Bijinya kemerahan. Teman saya itu sangat senang melihat pohon jambu
yang sedang berbuah. Jika hari tidak hujan, mungkin dia akan memanjat dan
memetik jambu-jambu itu.
Pemilik warung
menangkap keinginan teman saya itu. Terlihat dari wajahnya. Mupeng tiada tara. Atas kebaikan pemilik warung, teman saya
mengantongi satu kresek jambu batu tanpa susah payah majat. Teman saya ini, girang sekali. Sebagai penadah
barang gratisan, mana mungkin ditolak.
![]() |
Waktu hujan. Saat itu. di warung mie. |
Kami disodori teh panas. Dan seperti biasanya, karena tubuh saya suka merespon negatif dengan kandungan caffein, saya meminta ditukar dengan air panas saja.
Warung itu
dipunyai oleh dua orang berusia senja. Taksiran saya, mereka yang menghabiskan masa pensiun. Ketika
suaminya yang memberikan kami minum. Sang istri menyiapkan pesanan kami. Saat itu hanya
saya dan teman saya yang berteduh. Ketika mereka berjibaku melayani kami,
pikiran saya pun larut dalam khayal.
Alangkah
menyenangkan jika suatu saat kelak, kami bisa menghabiskan masa tua dengan tentram. Rumah yang penuh dengan kebun
sayuran dan buah-buahan. Lalu membuka kedai mie ayam. Kedai yang akan kami
kelola bersama untuk mengisi masa tua kami. Menopang kehidupan kami di masa
tua, tapi tetap bisa berinteraksi dengan orang luar. Sambil menunggu kedatangan
para anak, cucu, mantu. Hahahaha... Kejauhan lha yaaaaah. Isssh, bae atuh da namanya juga ngalamun.
Ngalamun adalah fakta yang tertunda.
*saya bikin bold pas bagian mimpinya.
Saat itu, anak
pemilik warung mie memang datang. Saya juga ikut merasakan kebahagiaan mereka.
Setelah melayani kami. Mereka seru-seruan bercengkrama. Keseruan dan kebahagian mereka membuat saya
termotivasi. Terinspirasi meureunnya. Ah, pokokna mah kitu weh. Asa
bersemangat harita, menatap masa depan teh. Kelak kehidupan saya akan
berwujud kira-kira seperti apa yang saya lihat di warung mie saat itu.
2019. Harapan, khayalan, mimpi dan langkah
mewujudkannya.
Tak berselang
lama dari perjalanan itu, saya mengalami masa-masa sulit. Untuk melanjutkan
hidup rasanya malas. Kondisinya jauuuh pisan. Dulu mah harapan. Menjadi moodbooster
semangat tiap pagi. Eh, ternyata
hanya khalayalan belaka. Semu
deuih! Dulu mah membuat semangat untuk berkarya. Menatap
masa depan. Nyata-nyata mah pembodohan. Habis manis
sepah dibuang tea. Seperti makan
tebu. Dodol pisan.
Masa sulit itu
membuat saya malas bergerak. Untuk apa saya bercita-cita. Untuk apa saya
berharap. Toh, hasilnya nyatanya sudah nampak. Sebuah kegagalan. Perlu sekian
waktu saya belajar untuk menyembuhkan diri. Butuh satu tahun lebih saya
untuk curhat kejadian sulit di blog.
Saya juga tidak
memposisikan, bahwa saya adalah perempuan strong. Seperti yang tampak.
Saya adalah serapuh-rapuhnya manusia. Mengapa saya harus berpura-pura kuat.
Berpura-pura itu capek. Butuh energi. Munafik lah, kalau menganggap saat itu
baik-baik saja. Saya tidak baik-baik saja.
Saya marah pada
alam semesta. Mengapa memberikan harapan palsu pada saya? Mengapa tidak sesuai
janji-Nya. Saya merasa dikhianati. Berkat ‘berharap’ saya masuk kedalam
kelompok pecundang.
Dalam masa sulit saya bertanya-tanya. Berbagai pertanyaan
yang mendorong saya malah menjadi kufur nikmat. Sejuta kemarahan karena saya
merasa dibohongi. Dipecundangi oleh kehidupan. Mau dibagaimanakan hidup saya
yang pecundang ini?
Tiba-tiba saya teringat lagi dengan kejadian di kala hujan
itu. Mengingatnya membuat saya tentram. Rumah mungil, kebun sayuran, rintik
hujan. Mungkin saya menikmatinya sambil membuat tulisan. Betapa menyenangkan
khayalan saya itu. Saya memang bukan pemenang. Mungkin semesta bersekongkol dan
menjerumuskan saya sebagai pecundang. Tetapi saya harus menyelesaikan sampai ‘finish’ kehidupan saya ini. Every life has a purpose.
Tuhan tidak menciptakan saya tanpa tujuan. Saya tidak tahu
tujuan apa dibalik semua ini.
![]() |
Tentu ada alasan lain dari penciptaan mie ayam. Selain mengenyangkan. |
Sambil membersihkan rumah, saya bertekad untuk memulai
mengambil langkah untuk mewujudkannya. Saya menyusun siasat dalam benak.
Jika toh, hasilnya kegagalan pula. Setidaknya saya sudah berusaha. Tiada
ruginya. Tuhan tahu mana yang haq dan yang bathil. Mana yang sudah
diperjuangkan dan menjadi milik saya atau bukan.
Saya jadi
teringat dengan intan permata. Semakin diasah, semakin berkilau dia. Mungkin
ide mempunyai kebun sayuran, buah-buahan, sebuah rumah mungil dan kedai mie. Menunggu untuk
diasah. Agar mengkilau. Saya tidak perlu membuktikan pada orang-orang yang
membuat saya terluka.
Saya menyingkirkan
label-label yang pernah saya rintis. Usaha seputaran jahit-menjahit, konveksi, craft,
tas wanita. Saya singkirkan. #bagtag, #tantrum, #magenta, #violet nama-nama
yang saya pakai untuk menandai jenis-jenis barang yang saya buat. Saya simpan
dulu. Bahkan 'princess bee', label pakaian untuk anak kecil. Produk baru yang akan segera saya launching. Terpaksa saya masukan ke dalam kotak. Saya mundur selangkah dari putaran itu. Padahal label-nya baru
selesai. Dicetak dari Jogya.
Jika saya jalankan,
saya khawatir saya tidak bisa fokus. Saya perlu waktu belajar dan beradaptasi
dengan mimpi yang satu ini. Suatu saat mungkin mereka akan bangkit lagi.
And there’s go.
Selangkah demi selangkah saya mencoba mewujudkan mimpi-mimpi itu. Meskipun saya
harus merangkak belajar dari nol. Belajar di luar hal kebiasaan saya.
Menanggalkan zona nyaman saya. Terjun langsung memahami tanaman.Ya, sekarang
saya belajar menanam. Dengan media hidroponik. Mengapa hidroponik? Karena untuk
menyiasati lahan.
Menamam dengan cinta. Menyaksikan mereka tumbuh dan
memberikan kedamaian. Berkali-kali saya menyemai dan mengalami kegagalan.
Untungnya keluarga mendukung keputusan saya ini.
![]() |
Belajar Hidroponik |
Mengapa saya menuliskan mimpi saya di sini?
Menurut dunia percenahan, yang sering saya dapatkan. Salah satunya ketika dijebak pada seminar MLM. Bahwasanya mimpi itu harus ditulis. Kalau perlu
gunting fotonya dan tempelkan. Mau ditempel di buku diary. Di tembok. Di mana weh, kira-kirana bisa terlihat. Nanti teh, alam bawah sadar kita bekerja.
Ujug-ujug bisa kebeli kapal pesiar weh.
Komo deui mun saya tulis di blog. Biarkan saja tulisan ini
menemui takdir pembacanya. Lalu meng-aamiin-kan. Semoga saja impian saya ini bisa
segera terwujud.
Aamiin.
![]() |
Pendopo Kota Bandung |
Masih banyak yang harus saya lakukan. Bahu membahu sama alam bawah sadar, untuk mewujudkan impian ini.
Belajar digital
marketing terutama untuk dunia pertanian. Membuat akun instagram agar semua
orang gemar makan sayur and than… mengurus kedai mie dan memperluas kebun
sayuran. Yaaa… karena bahan baku mie akan diambil dari kebun ini. Kira-kira itu
gambaran masa depan saya. Masih random langkah-langkah apa saja yang harus saya
lakukan.Tapi saya coba susun, agar nanti dapat bermanfaat bukan untuk saya
saja.
Jadi peer saya masih banyak lagi, masih banyak lagi yang
harus saya pelajari…
Eugh ah, tulisan
ini jadi tulisan sentimental pisan.
Setelah setahun tidak menulis di sini. Sekalina nulis, jebul yang emosional
begini.
Terus berjuang dan janagn patah semangat :D
BalasHapusTerima kasih sudah mampir dan menguatkan
HapusThanks you for sharing
BalasHapusTerima kasih sudahh membaca keluh kesah hidup saya
HapusTerima kasih informasinya, sangat membantu :)
BalasHapusTerima kasih
HapusSemoga harapannya dapat segera terwujud ya kak amin hehe
BalasHapusAamiin
HapusTerima kasih
Tetap semangat kak, Fighting :D
BalasHapusTerima kasih
HapusBiarkan tulisan menemukan pembacanya. Wuih keren. Makanya mpo baca disini.
BalasHapusHidroponik memerlukan telaten dan tidak gampang menyerah